Deteksi Dini ADHD

Image by storyset on Freepik

Gejala ADHD

    Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD merupakan gangguan mental pada anak yang dapat mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya, bermasalah dalam pengendalian emosi dan perilaku, serta aktifitas yang berlebihan. Gejala utama yang tampak pada anak dengan ADHD adalah inatentif dan hiperaktif-impulsif. Gejala inatentif ditandai dengan sulitnya anak dalam menyelesaikan tugas, kesulitan dalam memusatkan perhatian, dan tidak dapat mengatur kegiatan dengan baik. Kemudian gejala hiperaktif mengacu pada aktifitas motorik yang berlebih, serta banyak bergerak. Pada individu dewasa, hiperaktif dimanifestasikan dengan ketidaktenangan yang berlebihan. Selanjutnya gejala impusif mengacu pada perilaku yang serta merta tanpa dilandasi pertimbangan yang matang.

  • Inatentif

    Anak dengan ADHD menunjukkan kesulitan dalam memusatkan perhatian dibandingkan dengan anak yang seumuran dengannya. Hal yang dapat diamati dari gejala inatentif antara lain: melamun, kurang konsentrasi, sering kehilangan barang-barang untuk mengerjakan tugas (pensil, penghapus), perhatiannya mudah teralihkan, lambat dalam menyelesaikan tugas, tidak teliti, serta mudah beralih dari satu aktifitas ke aktifitas yang lain.
    Pemusatan perhatian adalah suatu kondisi mental yang berupa kewaspadaan penuh (alertness), sangat berminat (arousal), mempertahankan perhatian (sustained attention), dan rentang perhatian (attention span). Individu dengan gangguan pemusatan perhatian menunjukkan kesulitan dalam kemampuan-kemampuan tersebut. Akan tetapi keunikannya adalah mereka mampu mempertahankan perhatian (sangat fokus) apabila mengerjakan hal-hal yang diminatinya. Hal ini merupakan potensi yang baik bagi anak dengan ADHD, sering disebut sebagai selective inattention.
  • Hiperaktif-Impulsif

    Hiperaktif sering ditandai dengan ketidaktenangan dan banyak bicara. Pada usia anak, sering didapati mereka terlihat tidak dapat duduk diam, banyak bicara, memotong pembicaraan, berlari-lari dan memanjat berlebihan, berjalan-jalan, dan banyak mengobrol dengan teman di dalam kelas. Gejala hiperaktif biasanya diiringi dengan perilaku impulsif.
    Perilaku impulsif adalah ketidakmampuan seseorang dalam menghambat tingkah lakunya ketika merespon rangsangan dari luar dirinya. Perilaku impulsif biasanya tergambarkan dengan ketidaksabaran, sulit menunggu giliran, mengganggu anak lain (usil), terlalu cepat memberikan jawaban sebelum pertanyaan selesai ditanyakan, serta melakukan sesuatu tanpa dipikirkan dahulu. Disebabkan oleh perilaku impulsif tersebut, anak dengan ADHD sering melakukan kesalahan yang seharusnya tidak perlu terjadi, cepat bosan, serta berbicara ceplas-ceplos tanpa menghiraukan perasaan orang lain. Mereka sering dianggap kurang bertanggung jawab, tidak dapat mengendalikan diri, mementingkan diri sendiri, malas, tidak sopan, dan nakal, sehingga sering mendapatkan hukuman, kritikan, teguran, dan bahkan tidak disukai oleh teman-temannya.

Deteksi Dini ADHD

    Untuk mendeteksi ADHD pada anak, diperlukan informasi terkait riwayat perkembangan serta observasi perilaku anak tersebut. Informasi tersebut meliputi gejala-gejala ADHD yang teramati pada keseharian anak di rumah, di sekolah, maupun di berbagai tempat. Hal itu disebabkan sering kali anak berperilaku baik saat dibawa ke klinik, sehingga gejala ADHD tidak tampak.
    Kuesioner yang berupa skala penilaian perilaku (rating scale) yang disusun sesuai dengan kriteria diagnosis dapat dijadikan bahan untuk diisi atau dijawab oleh orang tua atau guru. Skala ini menggambarkan keadaan anak sehari-hari. Apabila laporan dari orang tua atau guru menunjukkan adanya gejala ADHD atau apabila nilai total skor dari skala penilaian perilaku tersebut melampaui batas cut-off score, maka anak tersebut dapat dideteksi sebagai anak beresiko tinggi untuk terjadinya ADHD, dan selanjutnya direkomendasikan untuk mendapatkan pemeriksaan dan evaluasi lebih lanjut.
    Ada dua kuesioner skala penilaian yang dapat digunakan untuk keperluan skrining ADHD, yaitu:
  1. Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI). Skala ini dikembangkan oleh Dr. dr. Dwidjo Saputro, Sp.KJ di Indonesia pada tahun 2004. SPPAHI dapat digunakan sebagai alternatif instrumen deteksi dini di samping skala yang lain.
  2. Abbreviated Conner's Teacher Rating Scale (ACTRS) yang telah divalidasi ke dalam bahasa Indonesia. Skala ini dikembangkan oleh C. Keith Conners, Ph. D. Validitas dan reabilitas dalam bahasa Indonesia dilakukan oleh Dr. Sasanti Yuniar pada tahun 1989 agar dapat secara luas digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk skrining ADHD.
    Dengan adanya dua kuesioner yang telah disebutkan di atas, diharapkan orang tua atau guru dapat melakukan deteksi dini terhadap anak yang mengalami ADHD. Dengan begitu, anak yang mengalami ADHD bisa segera dirujuk untuk mendapatkan diagnosis yang pasti dan sesegera mungkin mendapatkan penanganan. Selain itu, dengan terdeteksinya ADHD sejak dini, maka diharapkan orang tua dapat memaklumi ketika anak menunjukkan perilaku impulsif sehingga tidak serta merta memarahi yang mana hal tersebut dapat memengaruhi keadaan psikologis anak.
 

Comments